Raja Ampat — Inovasi pembelajaran berbasis teknologi Virtual Reality (VR) yang diterapkan di SD Negeri 29 Perum 100 Raja Ampat terbukti membawa dampak positif terhadap keterlibatan dan hasil belajar siswa. Melalui kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi VR, siswa dapat “menyelam secara virtual” untuk mengenal keindahan dan keanekaragaman ekosistem laut Raja Ampat tanpa harus meninggalkan kelas.
Inovasi ini diprakarsai oleh Mansyur Hidayat, M.Pd., guru Muatan Lokal Kelautan sekaligus Ketua KKG Rayon 1 Waisai. Ia mengembangkan strategi pembelajaran mendalam (deep learning) dengan prinsip pengalaman autentik dan refleksi bermakna, sejalan dengan nilai-nilai Profil Lulusan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 25 siswa kelas VI, terlihat peningkatan yang signifikan pada berbagai aspek pembelajaran.
Keterlibatan siswa meningkat dari 40% menjadi 92%, pemahaman konsep ekosistem laut naik dari 56% menjadi 80%, dan kepedulian terhadap lingkungan meningkat dari 44% menjadi 88%. Selain itu, kemampuan menulis refleksi siswa juga melonjak dari 32% menjadi 76%.
Tak hanya berdampak pada siswa, inovasi ini juga menginspirasi rekan sejawat. Sebanyak 6 guru di KKG Rayon 1 Waisai mulai menerapkan model pembelajaran serupa berbasis Virtual Reality di sekolah masing-masing.
Mansyur Hidayat menyampaikan bahwa penerapan VR bukan sekadar penggunaan alat digital, melainkan bentuk nyata transformasi pembelajaran yang berpusat pada murid. “Teknologi hanyalah sarana. Yang utama adalah menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna agar siswa mampu berpikir kritis, kreatif, dan peduli terhadap lingkungannya,” ujarnya.
Melalui inovasi ini, SDN 29 Perum 100 Raja Ampat menunjukkan bahwa pembelajaran yang berpihak pada murid dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Transformasi pendidikan di Raja Ampat pun semakin nyata dari laut menuju kelas, dari pengalaman menuju kesadaran.
